Jumat, 06 November 2009

Sistem Etika Islam "Tradisi dan Rekonstruksi"


Membicarakan persoalan moral yang dianggap sebagai suatu pemahaman yang sangat skaral, belakangan ini mulai bisa untuk bisa dipahami oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Sangat banyak event-event yang membicarakan atau mengulas masalah ini, seperti halnya dalam seminar, tulisan-tulisan, komentar para pakar dalam. Masalah krisis moral yang dimaksudkan antara lain adalah korupsi, kolusi dan oligopoly. Fenomena ini menuntut masyarakat untuk mencari solusi dalam hal permasalahan sosial di luar pertimbangan material dan rasikonal semata, artinya harus terdapat pendekatan sebauh atau beberapa ilmu baru salah satunya adalah pertimbangan etika yang nantinya akan menghasilkan sebuah solusi baru tentang permasalahan siosial ini. Sebagian kaum masyarakat sudah mulai memahami bahwasannya krisis politik, lingkungan hidup, dan budaya yang belakangan ini kita alami bukan hanya karena kesalahan epistimologi dan menejemen belaka, namun hal ini berpondasi pada perilaku manusia sebagai subjeknya.
Lama memang, permasalahan etika menjadi sebuah kajian dalam disiplin ilmu filsafat. Namun meskipun kenyataannya seperti itu, kalangan masyarakat mualai dari yang berpendidikan hingga awam sering kali salah dalam menerapkan istilah yang berhubungan dengan etika ini. Konkritnya, dalam penggunaan istilah etika, moral, dan etiket. Setali tiga uang dengan istilah dalam Islam, akhlaq, adab, dan adat. Dan akan lebih kacau lagi jika istilah tersebut diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi budi pekerti, sopan santun, dan tata karma. Untuk menghindari hal itu, maka dalamtulisan ini akan dibahas mengenai pengertian beberapa istilah di atas yang berhubungan dengan pembahasan kali ini.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti adapt kebiasaan, sedangkan moral "mores" memiliki arti sama halnya yakni adat kebiasaan. Namun Bartens (1997, 4-6) memiliki pengertian mengenai istilah ini sebagai berikut: (1) nilai-nilai dan norma-norma moral sebagai landasan berperilaku, (2) kumpulan asas atau norma moral atau kode etik, (3) ilmu tentang baik buruk sebagai cabang filsafat. Sedangkan Magnes-Suseno menyamakan arti dari kedua istilah itu namun dalam penggunaannya berbeda. Etika merupakan ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai dan ajaran moral, sedangkan moral adalah rumusan sistematik terhadap anggapan-anggapan tentang yang bernilai serta kewajiban-kewajiban manusia. Adapun pengertian etiket adalah tatacara suatu perbuatan yang bersifat teknik, relatif dan lahiriah serta menyangkut hubungan pergaulan (tata krama).
Sekarang yang menjadi permasalahannya adlah, bagaimana jika istilah yang berlaku secara umum di atas jika dipersamakan dengan akhlaq dalam Islam. Kata akhlaq merupakan bentukan jama’ dari kata Khuluq yang berarti budi pekerti atau perangai. Dalam sebagian literatur Islam, akhlaq diartikan dalam beberapa pemnahaman berikut ini, (1) Pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, tujuan perbuatan serta pedoman yang harus diikuti (Ahmad Amin, 1975: 30), (2) pengetahuan yang menyelidiki kehidupan manusia sebagai parameter perbuatan, perkataan serta ikhwal kehidupannya (Al-Jad al-Maula, dalam Rahmat Jantika, 1996: 31) (3) suatu sikap permanen pada diri orang yang melahirkan perbuatan secara mudah tanpa membutuhkan proses berfikir (Alghozali, tt: 52, Ibn Maskawaih, tt: 51) (4) sekumpulan nilai-nilai yang menjadi pedoman berperilaku dan berbuat.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kkesimpulan bahwasannya akhlaq itu merupakan (1) filsafah perbuatan yang membahas tentang baik dan buruk, menggunakan pengertian ini akhlaq termasuk dalam kategori normatif (2) sebagai ilmu, akhlaq melakukan penelitian deskriptif mengenai berbagai bentuk perilaku manusia untuk dapat dijadikan landasan dalam menentukan baik dan buruk (3) di sisi lain akhlaq juga berarti filsafah dan ilmu yang bersifat teoritis, tetapi dalam tindakannya juga kesadaran nilai yang bersifat praktis.
Studi tentang etika dalam tradisi Islam, pada mulanya hal ini telah dilakukan oleh bangsa dan agama-agama yang besar, seperti bangsa Yunani dan agama-agama besar layaknya Hindu, Budha, Yahudi dan Nashrani. Studi etika pada bangsa Yunani mendapatkan landasan pijakan yang sangat memuaskan. Melalui pendekatan filasafat, para perintis studi etika seperti Socrates, Plato, Aristoteles dll, mencoba memecahkan masalah tentang etika. Kebahagian ditentukan oleh seberapa besar manusia itu memiliki ilmu pengetahuan, ungkap Socrates. Hampir mirip, Aristoteles mengungkapkan bahwasannya kebahagiaan adalah sebagai tujuan dari etika, dan dapat dicapai dengan jalan menggunakan akal secara baik. Semantara itu Plato menganggap etika yang baik berdasar akal secara baik.
Dalam Islam, tidak perlu diragukan lagi, akhlaq cukup mendapatkan tempat. Hal ini dibuktikan dengan di utusnya nabi Muhammad tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Pada periode awal, kajian tentang moralbaru pada tingkat kegiatan refleksi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu yang muncul saat itu. dan hal ini dilakukan oleh para sahabat guna kebutuhan-kebutuhan praktis perbaikan moral umat Islam. Sudah barang tentu saat itu etika sebagai ilmu belum belum dikenal. Dan baru dikenal ketika dunia Islam melakukan hubungan dengan kebudayaan Hellenestik. Hubungan ini berlangsung sejak pemerintahan Bani Umayyah dan puncaknya pada pemerintahan Bani Abbas melalui penerjemahan buku-buku Yunani. (Harun Nasution, 1973:11) dan di masa inilah ilmu aqliyah dan naqliyah dalam islam dirumuskan dan dikembangkan termasuk ilmu etika. Pada periode keemasan Islam ini, studi etika terdapat beberapa tipe, antara lain: etika teologis, etika filosofis dan etika religius yang mana masing-masing dikomandani oleh tokoh-tokoh yang berkecimpung di dalamnya.
Sistem Etika dalam Islam, jika membicarakan masalah sistem maka dalam etika Islam terdapat beberapa unsur antara lain, sumber, tujuan, objek serta pendekatan. Berbeda dengan etika sekuler yang bersumber pada rasio, dalam etika Islam sudah barang tentu sumbernya adalah Al-Qur’an dan Assunnah menurut pemikir modernseperti Abu ‘Ala Al-Maududi. Selanjutnya adalah tujuan daripada akkhlaqIslam itu sendiri. Sesuai dengan pola hidup Islam, seluruh aktivitas semata-mata hanya ditujukan pada keridloan Allah SWT sebagaimana yang banyak dijelaskan pada Al-Qur’an bahwasannya keridloan itu merupakan balasan yang tinggi berupa surga-Nya. Atas dasar itu, ilmu akhlaq Islam bertujuan untuk menjelaskan konsep-konsep Islam yang berkenaan dengan tujuan akhir perbuatan manusia. Ilmu akhlaq mengadakan penelitian tentang perbuatan manusia, karena perbuatan manusia itu beraneka ragam. Dalam hal ini para ahli etika membagi dua perbuatan, pertama, perbuatan alami seperti makan, minum, tidur dan lain-lain, kedua, perbuatan etis atau akhlaqi seperti memaafkan, memberi bantuan dll. Dalam hal ini yang menjadi objek ilmu akhlaq adalah yang kedua yakni perbuatan etis. Para ahli etika membagi perbuatan etis sebagai berikut ini, (1) bertujuan untuk orang lain dan dilakukan dengan motif kasih sayang (2) jangkauan manfaat lebih luas dari sekedar kebaikan diri (3) berdasarkan panggilan hati nurani yang fitrati dan hanif (4) bersifat kemanusiaan dan menahan kepentingan ego semata (5) pada akhirnya seluruh perbuatan itu kembali kepada keridloan Tuhan. Pembicaraan mengenai unsur dari pada akhlaq Islam selanjutnya adalah tentang metode pendekatannya. Untuk menemukan konsep dan teori etika, ilmu akhlaq Islam memakai beberapa pendekatan, diantaranya adalah: Spiritual, Mataetika, dan Deskriptif.
Di sisi lain dalam pembahasan etika dalam Islam terdapat beberapa tema pokok yang menjadi perhatian para pemikir muslim, diantaranya adalah : Moral sense, tujuan akhir perbuatan, ukuran baik dan buruk, sumber akhlaq dan pembinaan mental (Rachmat Djatnika, 1996: 60-117), hak-hak dan kewajiban dan almuhlikaat-almunjiyaat.
Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesatnya mene\yebabkan perubahan-perubahan tata nilai serta bidang sosila secara massif. Persoalan yang dahulu dinilai tidak etis menjadi persoalan yang etis. Perubahan ini menimbulkan sikap manusia menjadi paradok dan embivalen. Demikian halnya mengenai perubahan sosial melahirkan permasalahan baru dalam lapisan masyarakat. Dan masalah-masalah yang timbul ini membutuhkan penyelessaian secara multidisipliner. Misalnya untuk menyelesaikan maslah korupsi tidak hanya dapat diseledaikan dengan jalan memperbaiki menejemen saja, namun dibutuhkan juga kehadiran ilmu-ilmu yang lain seperti ilmu hukum, budaya, sosiologi, politik, etika dan mungkin ilmu yang lain. Dan etika turut andil dalam menyelesaikan persoalan kontemporer saat ini.
Jika melihat persoalan kontemporer yang mana etika turut andil dalam menyelesaikannya, lebih mendekati kata pesimis ilmu akhlaq akan melakukan tugas nya secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut ini, pertama, secara konseptual ilmu akhlaq yang kita miliki memiliki beberapa keterbatasan. Teori-teori etika Islam yang ada merupakan produk abad klasik yang bersifat individual dan bercorak agraris. Sedangkan persoalan yang dihadapi lebih bersifat dimensi sosial dan bercorak industrial. Kedua, kurangnya penelitian yang bersifat pengembangan teori etika Islam dalam konteks masa kini. Hal ini menyebabkan konsep ilmu akhlaq dianggap tidak relevan dengan tuntutan zaman. Dengan melihat fenomena seperti ini maka perlu diadakannya rekonstruksi etika dalam Islam yang terapan. Terdapat beberapa paradigma. Pertama, etiks terapan adalah etika yang secara khusus mempersoalkan nilai-nilai etik yang relevan dengan persoalan-persoalan praktis kehidupan kontemporer. Kedua, Etika Islam terapan adalah etika Islam yang dibangun atas dasar nilai-nilai secara teori-teori etik Islam lama yang permanen yang akhirnya dikritik dan dikonvergensikan dengan hasil penelitian mutkhir. Ketiga, penelitian diadakan dengan maksud mkemfokuskan pada bidang-bidang serta persoalan-persoalan baru yang bekembang di masyarakat. Keempat, cirri khas etika terapan adalah kerjasama erat antara etika dan ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu etika terapan memerlukan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ilmu secara bersama-sama. Adapun pendekatan ini akan sangat membuahkan hasil jika dilakukan dengan metode kasuistik.

Oleh Pita Anjarsari
Hasil Rangkuman Dari buku Metodologi Studi Islam Bab X.

Sistem Etika Islam "Tradisi dan Rekonstruksi"


Sistem Etika Islam "Tradisi dan Rekonstruksi"*

Membicarakan persoalan moral yang dianggap sebagai suatu pemahaman yang sangat skaral, belakangan ini mulai bisa untuk bisa dipahami oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Sangat banyak event-event yang membicarakan atau mengulas masalah ini, seperti halnya dalam seminar, tulisan-tulisan, komentar para pakar dalam. Masalah krisis moral yang dimaksudkan antara lain adalah korupsi, kolusi dan oligopoly. Fenomena ini menuntut masyarakat untuk mencari solusi dalam hal permasalahan sosial di luar pertimbangan material dan rasikonal semata, artinya harus terdapat pendekatan sebauh atau beberapa ilmu baru salah satunya adalah pertimbangan etika yang nantinya akan menghasilkan sebuah solusi baru tentang permasalahan siosial ini. Sebagian kaum masyarakat sudah mulai memahami bahwasannya krisis politik, lingkungan hidup, dan budaya yang belakangan ini kita alami bukan hanya karena kesalahan epistimologi dan menejemen belaka, namun hal ini berpondasi pada perilaku manusia sebagai subjeknya.
Lama memang, permasalahan etika menjadi sebuah kajian dalam disiplin ilmu filsafat. Namun meskipun kenyataannya seperti itu, kalangan masyarakat mualai dari yang berpendidikan hingga awam sering kali salah dalam menerapkan istilah yang berhubungan dengan etika ini. Konkritnya, dalam penggunaan istilah etika, moral, dan etiket. Setali tiga uang dengan istilah dalam Islam, akhlaq, adab, dan adat. Dan akan lebih kacau lagi jika istilah tersebut diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi budi pekerti, sopan santun, dan tata karma. Untuk menghindari hal itu, maka dalamtulisan ini akan dibahas mengenai pengertian beberapa istilah di atas yang berhubungan dengan pembahasan kali ini.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti adapt kebiasaan, sedangkan moral "mores" memiliki arti sama halnya yakni adat kebiasaan. Namun Bartens (1997, 4-6) memiliki pengertian mengenai istilah ini sebagai berikut: (1) nilai-nilai dan norma-norma moral sebagai landasan berperilaku, (2) kumpulan asas atau norma moral atau kode etik, (3) ilmu tentang baik buruk sebagai cabang filsafat. Sedangkan Magnes-Suseno menyamakan arti dari kedua istilah itu namun dalam penggunaannya berbeda. Etika merupakan ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai dan ajaran moral, sedangkan moral adalah rumusan sistematik terhadap anggapan-anggapan tentang yang bernilai serta kewajiban-kewajiban manusia. Adapun pengertian etiket adalah tatacara suatu perbuatan yang bersifat teknik, relatif dan lahiriah serta menyangkut hubungan pergaulan (tata krama).
Sekarang yang menjadi permasalahannya adlah, bagaimana jika istilah yang berlaku secara umum di atas jika dipersamakan dengan akhlaq dalam Islam. Kata akhlaq merupakan bentukan jama’ dari kata Khuluq yang berarti budi pekerti atau perangai. Dalam sebagian literatur Islam, akhlaq diartikan dalam beberapa pemnahaman berikut ini, (1) Pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, tujuan perbuatan serta pedoman yang harus diikuti (Ahmad Amin, 1975: 30), (2) pengetahuan yang menyelidiki kehidupan manusia sebagai parameter perbuatan, perkataan serta ikhwal kehidupannya (Al-Jad al-Maula, dalam Rahmat Jantika, 1996: 31) (3) suatu sikap permanen pada diri orang yang melahirkan perbuatan secara mudah tanpa membutuhkan proses berfikir (Alghozali, tt: 52, Ibn Maskawaih, tt: 51) (4) sekumpulan nilai-nilai yang menjadi pedoman berperilaku dan berbuat.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kkesimpulan bahwasannya akhlaq itu merupakan (1) filsafah perbuatan yang membahas tentang baik dan buruk, menggunakan pengertian ini akhlaq termasuk dalam kategori normatif (2) sebagai ilmu, akhlaq melakukan penelitian deskriptif mengenai berbagai bentuk perilaku manusia untuk dapat dijadikan landasan dalam menentukan baik dan buruk (3) di sisi lain akhlaq juga berarti filsafah dan ilmu yang bersifat teoritis, tetapi dalam tindakannya juga kesadaran nilai yang bersifat praktis.
Studi tentang etika dalam tradisi Islam, pada mulanya hal ini telah dilakukan oleh bangsa dan agama-agama yang besar, seperti bangsa Yunani dan agama-agama besar layaknya Hindu, Budha, Yahudi dan Nashrani. Studi etika pada bangsa Yunani mendapatkan landasan pijakan yang sangat memuaskan. Melalui pendekatan filasafat, para perintis studi etika seperti Socrates, Plato, Aristoteles dll, mencoba memecahkan masalah tentang etika. Kebahagian ditentukan oleh seberapa besar manusia itu memiliki ilmu pengetahuan, ungkap Socrates. Hampir mirip, Aristoteles mengungkapkan bahwasannya kebahagiaan adalah sebagai tujuan dari etika, dan dapat dicapai dengan jalan menggunakan akal secara baik. Semantara itu Plato menganggap etika yang baik berdasar akal secara baik.
Dalam Islam, tidak perlu diragukan lagi, akhlaq cukup mendapatkan tempat. Hal ini dibuktikan dengan di utusnya nabi Muhammad tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Pada periode awal, kajian tentang moralbaru pada tingkat kegiatan refleksi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu yang muncul saat itu. dan hal ini dilakukan oleh para sahabat guna kebutuhan-kebutuhan praktis perbaikan moral umat Islam. Sudah barang tentu saat itu etika sebagai ilmu belum belum dikenal. Dan baru dikenal ketika dunia Islam melakukan hubungan dengan kebudayaan Hellenestik. Hubungan ini berlangsung sejak pemerintahan Bani Umayyah dan puncaknya pada pemerintahan Bani Abbas melalui penerjemahan buku-buku Yunani. (Harun Nasution, 1973:11) dan di masa inilah ilmu aqliyah dan naqliyah dalam islam dirumuskan dan dikembangkan termasuk ilmu etika. Pada periode keemasan Islam ini, studi etika terdapat beberapa tipe, antara lain: etika teologis, etika filosofis dan etika religius yang mana masing-masing dikomandani oleh tokoh-tokoh yang berkecimpung di dalamnya.
Sistem Etika dalam Islam, jika membicarakan masalah sistem maka dalam etika Islam terdapat beberapa unsur antara lain, sumber, tujuan, objek serta pendekatan. Berbeda dengan etika sekuler yang bersumber pada rasio, dalam etika Islam sudah barang tentu sumbernya adalah Al-Qur’an dan Assunnah menurut pemikir modernseperti Abu ‘Ala Al-Maududi. Selanjutnya adalah tujuan daripada akkhlaqIslam itu sendiri. Sesuai dengan pola hidup Islam, seluruh aktivitas semata-mata hanya ditujukan pada keridloan Allah SWT sebagaimana yang banyak dijelaskan pada Al-Qur’an bahwasannya keridloan itu merupakan balasan yang tinggi berupa surga-Nya. Atas dasar itu, ilmu akhlaq Islam bertujuan untuk menjelaskan konsep-konsep Islam yang berkenaan dengan tujuan akhir perbuatan manusia. Ilmu akhlaq mengadakan penelitian tentang perbuatan manusia, karena perbuatan manusia itu beraneka ragam. Dalam hal ini para ahli etika membagi dua perbuatan, pertama, perbuatan alami seperti makan, minum, tidur dan lain-lain, kedua, perbuatan etis atau akhlaqi seperti memaafkan, memberi bantuan dll. Dalam hal ini yang menjadi objek ilmu akhlaq adalah yang kedua yakni perbuatan etis. Para ahli etika membagi perbuatan etis sebagai berikut ini, (1) bertujuan untuk orang lain dan dilakukan dengan motif kasih sayang (2) jangkauan manfaat lebih luas dari sekedar kebaikan diri (3) berdasarkan panggilan hati nurani yang fitrati dan hanif (4) bersifat kemanusiaan dan menahan kepentingan ego semata (5) pada akhirnya seluruh perbuatan itu kembali kepada keridloan Tuhan. Pembicaraan mengenai unsur dari pada akhlaq Islam selanjutnya adalah tentang metode pendekatannya. Untuk menemukan konsep dan teori etika, ilmu akhlaq Islam memakai beberapa pendekatan, diantaranya adalah: Spiritual, Mataetika, dan Deskriptif.
Di sisi lain dalam pembahasan etika dalam Islam terdapat beberapa tema pokok yang menjadi perhatian para pemikir muslim, diantaranya adalah : Moral sense, tujuan akhir perbuatan, ukuran baik dan buruk, sumber akhlaq dan pembinaan mental (Rachmat Djatnika, 1996: 60-117), hak-hak dan kewajiban dan almuhlikaat-almunjiyaat.
Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesatnya mene\yebabkan perubahan-perubahan tata nilai serta bidang sosila secara massif. Persoalan yang dahulu dinilai tidak etis menjadi persoalan yang etis. Perubahan ini menimbulkan sikap manusia menjadi paradok dan embivalen. Demikian halnya mengenai perubahan sosial melahirkan permasalahan baru dalam lapisan masyarakat. Dan masalah-masalah yang timbul ini membutuhkan penyelessaian secara multidisipliner. Misalnya untuk menyelesaikan maslah korupsi tidak hanya dapat diseledaikan dengan jalan memperbaiki menejemen saja, namun dibutuhkan juga kehadiran ilmu-ilmu yang lain seperti ilmu hukum, budaya, sosiologi, politik, etika dan mungkin ilmu yang lain. Dan etika turut andil dalam menyelesaikan persoalan kontemporer saat ini.
Jika melihat persoalan kontemporer yang mana etika turut andil dalam menyelesaikannya, lebih mendekati kata pesimis ilmu akhlaq akan melakukan tugas nya secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut ini, pertama, secara konseptual ilmu akhlaq yang kita miliki memiliki beberapa keterbatasan. Teori-teori etika Islam yang ada merupakan produk abad klasik yang bersifat individual dan bercorak agraris. Sedangkan persoalan yang dihadapi lebih bersifat dimensi sosial dan bercorak industrial. Kedua, kurangnya penelitian yang bersifat pengembangan teori etika Islam dalam konteks masa kini. Hal ini menyebabkan konsep ilmu akhlaq dianggap tidak relevan dengan tuntutan zaman. Dengan melihat fenomena seperti ini maka perlu diadakannya rekonstruksi etika dalam Islam yang terapan. Terdapat beberapa paradigma. Pertama, etiks terapan adalah etika yang secara khusus mempersoalkan nilai-nilai etik yang relevan dengan persoalan-persoalan praktis kehidupan kontemporer. Kedua, Etika Islam terapan adalah etika Islam yang dibangun atas dasar nilai-nilai secara teori-teori etik Islam lama yang permanen yang akhirnya dikritik dan dikonvergensikan dengan hasil penelitian mutkhir. Ketiga, penelitian diadakan dengan maksud mkemfokuskan pada bidang-bidang serta persoalan-persoalan baru yang bekembang di masyarakat. Keempat, cirri khas etika terapan adalah kerjasama erat antara etika dan ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu etika terapan memerlukan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ilmu secara bersama-sama. Adapun pendekatan ini akan sangat membuahkan hasil jika dilakukan dengan metode kasuistik.
Oleh Pita Anjarsari
Hasil Rangkuman Dari buku Metodologi Studi Islam Bab X.

Senin, 02 November 2009

Mengajar Efektif dengan Power Point*

Jika kia berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pelatihan, baik sebagai guru, dosen, instruktur, pengelola lembaga, atau bahkan sebagai peserta didik tidak akan merasa asing dengan merasa asing dengan istilah Proses Belajar Mengajar atau Kegiatan Belajar Mengajar. Dalam dunia pendidikan istilah ini meiliki dua unsur yang tidak dapat dipisahkan karena saling melengkapi, yaitu antara proses belajar dan proses mengajar. guru atau pengajar dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu penentu dari keberhasilan proses tersebut. Dalam siituasi dan kondisi apapun pendidik tetap memiliki eksistensi yang penting, karena pendidik merupakan salah satu komponen yang perannya tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh media yang ada.

Dewasa ini, dalam proses belajar mengajar memiliki fasilitas yang cukup memadahai dan bisa dibilang modern. Hal ini dibuktikan dengan adanya alat-alat elektronik yang mendukung proses tersebut dalam institusi-institusi atau lembaga pendidikan. Setali tiga uang, maka yang harus dipenuhi oleh pendidik untuk mengatasi kemajuan hal ini adalah dimana pendidik mampu menguasai IT atau paling tidak mampu menggunakan dan mengoperasikan alat-alat yang ada. Sehingga pendidik akan merasa benar-benar terbantu dalam menyampaikan materi yang akan disajikan bukan malah terbebani. Salah satu contohnya adalah komputer legkap dengan LCDnya, yang mana salah satu kegunaan dari alat ini adalah untuk melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode presentasi (power point) dalam penyampaian materinya. Dalam menggunakan metode ini sudah barang tentu memiliki kemahan dan kelebihan.

Sebelum mengulas tentang kelebihan dan kekurangan dari metode presentasi dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan power point ini, yang perlu diketahui bahwasannya presentasi merupakan suatu metode untuk menyampaikan materi tertentu dengan menggunakan (multi) media dalam waktu yang relatif singkat. Media yang dimaksud dapat berupa media tulisan, visual, verbal atau gabungan dari berbagai media (multi-media). Presentasi memiliki tujuan untuk menyampaikan atau menjelaskan sesuatu bahasan dengan menggunakan alat peraga yang menyebabkan pembahasan tersebut menjadi sistematis, menarik dan mudah dimengerti. Dalam menggunakan metode ini terdapat beberapa yang perlu diperhatikan, karena hal ini pada hakikatnya merupakan salah satu alat komumikasi dalam proses belajar mengajar, yaitu penyampaian sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Dari sinilah bahwasannya metode presentasi dengan menggunakan power point harus mewakili apa-apa yang akan menjadi tujuan atau indikator penyampaian materi. Terkait dengan hal ini, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan presentasi atau pembuatan power point, diantaranya adalah:

  1. Persiapan Pembuatan Power Point
    1. Pemakaian kalimat yang sederhana

Untuk membuat slide dalam power point yang perlu diperhatikan adalah pemakaian kata yang ssederhana, bukan copy paste dari Microsoft word. Oleh karenanya pakailah pilihan kata yang jelas dan komunikatif, serta hindari menjejalkan beberapa informasi dalam satu slide, karena tidak menutup kemungkinan akan membingungkan para audience.

1. Pemilihan Background

Dalam memilih Background power point jangan terlalu mencolok warnanya karena akan mengganggu kenyamanan pandangan peserta. Selain itu dalam memakai slide design jangan berubah-ubah antara slide satu dengan yang lainnya karena akan mengganggu kefokusan audiance dalam memperhatikan isi dari power point tersebut.

2. Pemakaian instrument

Instrument yang dimaksudkan adalah seperti musik pembuka dan penutup atau film pendek, film dokumenter di sela-sela presentasi berlangsung yang tentunya mendukung menariknya presentasi yang kita lakukan dengan tidak meninggalkan tujuan dari materi yang kita sampaikan, artinya instrument yang kita gunakan adalah untuk membantu tersampaikannya materi dengan menarik.

3. Pemakaian Gambar (jika diperlukan)

Pakai gambar atau ilustrasi yang benar-benar menarik di power point untuk menjelaskan presentasi Anda sehingga audiance mau menyimak dan mudah memahaminya. Namun jangan sampai pula resolusi gambar Anda pecah sehingga tampak menganggu. Dengan kata lain pemilihan gambar yang akan kita gunakan memberian seribu makna untuk keefektifitasan penggunaan bahasa dalam power point

4. Hal-hal yang perlu ada dalam power point

Dalam membuat slide power point yang perlu diperhatikan adalah pertama, pemilihan kata untuk judul harus jelas, singkat, dan komunikatif. Selain itu pemilihan warna tulisan dan model font yang diguanakan harus mudah dibaca dan jelas. Kedua, tetap fokos dalam pembahasan, artinya tulislah hal-hal pokok atau penting saja yang ada hubungan dengan topik yang sedang anda presentasikan. Jangan menggunakan terlalu banyak kata atau kalimat dalam satu slide presentasi. Cukup anda tulis judul atau garis besarnya saja. Ketiga, yang terpenting adalah antara satu slide dengan slide yang lain nyambung atau ada hubungannya dan pembahasan secara berurutan tidak melompat-lompat.

  1. Persiapan sebelum Presentasi

1. Membangun keyakinan dalam diri

Dalam hal ini ada kaitannya dengan kesiapan dari kita untuk menyampaikan materi, dan jangan lupa memperhatikan waktu yang disediakan untuk melakakan presentasi, sehingga tidak terpotong di tengah jalan karena terlalu terbawa dengan pembahasan yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk disampaikan. Di samping itu yang perlu dipehatikna juga adalah dalam hal pemilihan bahasa yang efektif dan terkait dengan memahami medan presentasi, artinya kita harus memperhatikn audience yang akan mengikuti presentasi kita itu seperti apa.

2. Menyusun bahan yang akan disampaikan secara tersistematis

Jika pembahasan terlalu panjang dan teoritis mungkin kita dapat menggunakan langkah-langkah berikut ini, materi yang akan kita sajikan dibagi menjadi tiga bagian yakni Pengantar, yang berisi sejarah, latar belakang, dan lain-lain, Bagian isi (pokok), berisi tentang pembahasan atau pokok isi pembahasan. Penutup, yang brisi antara lain kesimpulan, catatan penting dan lain-lain.

3. Memberikan kesempatan untuk bertanya

Setelah kita menyampaikan seluruh isi pembahasan dari tema yang kita angkat, maka hal yang perlu diperhatikan adalah memberikan kesempatan pada para audience untuk bertanya karena hal ini untuk mengatasi jika terdapat audience yang tidak memahami atau kurang memahami akan materi yang kita sampaikan.

  1. Penampilan Saat Presentasi Energi dan penuh semangat

1. Kontak mata dengan audiens

2. Berbicara dengan jelas dan cukup keras

3. Sesekali bergerak saat berbicara

4. Menggunakan anekdot dan humor yang sesuai

5. Mengenakan pakaian yang serasi

6. Argumen-argumen terstruktur dengan baik

7. Slide dapat dibaca

8. Tipe slide bervariasi

9. Tidak lebih dari 1 slide per menit

10. Variasi teknologi lain, misalnya video

11. Selesai tepat waktu dan sediakan waktu untuk tanya jawab

Inilah sedikit tips melakukan proses kegiatan belajar dan mengajar dengan metode presentasi menggunakan power point.

*Oleh : Pita Anjarsari (07110035)

Mahasiswa Tarbiyah FAI UMM

Jumat, 23 Oktober 2009

cinta membuat petaka

tiada cinta yang abadi
selain cinta ilahi
hidup tak berarti kecuali
untuk mengabdi dan berbagi
mengabdi pada ilahi
dan berbagi dengan sahabat sejati


kedungkandang.06:53;33